Jakarta (09/10) — Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Reni Astuti menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan pendidikan dan kesempatan kerja bagi anak-anak Indonesia, khususnya di Surabaya.
Reni menyampaikan visinya agar setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang jelas setelah lulus sekolah, baik itu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.
Menurut Reni, tidak semua anak memiliki pilihan untuk kuliah, tetapi mereka tetap harus mendapatkan peluang kerja yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.
“Mungkin tidak semuanya punya pilihan kuliah, tapi punya pilihan bekerja. Ketika dia bekerja, negara harus menyiapkan kesempatan kerja dan meningkatkan skill mereka,” ujar Reni.
Reni juga menekankan pentingnya dukungan negara bagi anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi tetapi terkendala biaya.
“Kalau keluarganya mampu, mereka bisa membiayai sendiri. Tapi jika keluarga tidak mampu, pemerintah harus hadir membiayai. Partisipasi untuk pendidikan tinggi harus ditingkatkan jika kita ingin menuju Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Dalam pernyataannya, Reni menggarisbawahi peran penting pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan gizi anak-anak.
“Gizinya harus berkualitas, pendidikannya juga berkualitas. Negara harus hadir dalam kebijakan yang lebih luas, bukan hanya di daerah, tetapi juga di tingkat nasional.”
Reni juga menyampaikan ide tentang perlunya penghargaan bagi pemerintah daerah yang berhasil meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi.
“Belum ada apresiasi atau penghargaan kepada daerah yang partisipasi pendidikan tingginya tinggi. Ini bisa menjadi langkah untuk mendorong daerah berkontribusi lebih dalam pendidikan, bersama dengan pemerintah pusat melalui kebijakan dan undang-undang,” jelasnya.
Sebagai langkah strategis, Reni berharap kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dapat menciptakan peluang bagi anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas produktif, baik bekerja maupun belajar.
“Tingkat pengangguran bisa ditekan, kriminalitas remaja juga bisa dikurangi dengan menyediakan aktivitas kerja atau belajar bagi mereka.”
Ia juga menyatakan keprihatinannya terhadap tingginya tingkat pengangguran di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Pengangguran tertinggi itu justru ada di SMK, dan kita semua tentu sedih melihat banyak anak terdidik yang akhirnya menganggur. Inilah yang harus kita atasi bersama,” tutup Reni.
Komentar Terbaru