Sebanyak 153 lulusan program ahli madya (D3) serta sarjana (S1) STIKES Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo mengikuti prosesi wisuda XVIII yang digelar pada Sabtu (30/12) bertempat di The Square Ballroom ICBC, Surabaya.

Momen ini dihadiri Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti yang dalam kesempatan itu juga memberikan orasi ilmiah bertajuk membangun SDM unggul menatap Indonesia Emas 2045.

Pada sesi tersebut, Reni sapaan akrab legislator alumnus magister pengembangan sumber daya manusia tersebut memberikan paparan terkait urgensi SDM tenaga kesehatan dalam upaya mencapai Indonesia Emas 2045.

Tokoh perempuan Kota Surabaya ini menyampaikan peran luar biasa dari institusi kampus yang telah mencetak para tenaga kesehatan berkompeten dalam rangka memenuhi suplai tenaga kesehatan di tengah defisit nakes di Indonesia.

Pimpinan DPRD Surabaya ini menekankan bahwa kesehatan merupakan amanah konstitusi baik sisi hak individu pada Pasal 28 H Ayat 1 UUD 1945 maupun sisi penyediaan layanan kesehatan oleh negara pada Pasal 34 ayat 3 UUD 1945

Lebih lanjut, tantangan pemerataan terkait dengan kesenjangan SDM kesehatan utamanya level puskesmas juga perlu menjadi sorotan guna menjamin pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan akses yang terjangkau.

“Di Indonesia masih ada 42,1% puskesmas yang belum memenuhi standar 9 jenis sumber daya tenaga kesehatan. Padahal, tenaga kesehatan itu punya peran esensial dalam langkah promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif,” ulas dia.

Pimpinan dewan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan bahwa pihaknya mendukung modernisasi rumah sakit dan kemajuan hospitality praktek dokter serta tenaga medis namun tidak mengesampingkan hak-hak para tenaga kesehatan.

“Negara harus hadir, itulah pentingnya mandatory spending, memperhatikan aspirasi asosiasi atau organisasi profesi tenaga kesehatan menjadi penting demi pemuliaan dan pemajuan profesi tenaga kesehatan, termasuk perlindungan hukum,” terangnya.

Dia menyebutkan prinsipnya faktor pelayanan kesehatan memiliki porsi 20 persen dalam Teori HL. Blum. Sementara itu perlu mengarusutamakan faktor lingkungan, perlikau, dan genetika yang mengambil proporsi 80 persen derajat kesehatan masyarakat.

“Jadi, letaknya pada pola hidup bersih dan sehat, kesehatan ibu-anak, kesehatan reproduksi, percepatan gizi masyarakat, sanitasi dan air bersih. Tentunya juga aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dapat semakin berkualitas,” imbuhnya..

Langkah dalam memberi jaminan kesehatan masyarakat juga dilakukan pemerintah melalui perlindungan kesehatan Universal Health Coverage (UHC). Laporan BPJS Kesehatan 2023 tercatat 28 provinsi dan 360 kabupaten/kota sudah menyandang status UHC.

“Kita saat ini sudah mencapai 95% atau 264 juta penerima JKN, maka perlu peningkatan dalam rangka mengejar target Nasional 2024 itu 98% masyarakat terlindungi untuk jaminan kesehatan masyarakat,” lengkapnya.

Terakhir, pihaknya berharap agar terdapat kesadaran bersama untuk peduli terhadap derajat kesehatan masyarakat Indonesia terlebih meneladani semangat perjuangan dan narasi kesehatan Dr. Soetomo.

“Semoga kita dapat secara kolektif untuk lebih optimis dan bergandengan tangan dalam
menyongsong Indonesia Emas 2045 melalui investasi kesehatan bagi pembangunan
Bangsa,” kata dia.

“Mari lanjut estafet perjuangan, mencetak lebih banyak lagi Soetomo-Soetomo masa kini dan bareng-bareng kita wujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Sehat Negeriku, Kuat Bangsaku, Maju Indonesiaku,” tuntasnya.