Tekad Arsyan Nabillah Firamadhan untuk menempuh pendidikan di jenjang kuliah membuahkan hasil. Alumnus SMK Negeri 5 Surabaya itu sempat waswas begitu tahu biaya UKT harus dibayarkan dalam jangka waktu dua hari setelah pengumuman. Sementara itu, keluarganya masuk dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

 

Semua keinginan Ihsan kala masih muda seolah terkabul lewat putri sulungnya, Arsyan Nabillah Firamadhan. Dia sem)pat berkeinginan untuk bersekolah di SMK Negeri 5 Surabaya dan berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Sayangnya, keinginan itu pupus.

Tahun ini Arsyan, begitu sapaan Arsyan Nabillah Firamadhan, tercatat sebagai mahasiswi baru (maba) Fakultas Teknik Kelautan ITS. Namanya masuk dalam deretan mahasiswa baru yang lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2022. Atau, dikenal dengan sebutan jalur undangan.

Air mata Ihsan mengalir perlahan dan membasahi pipi yang mulai tampak sedikit kendur karena usia ketika menceritakan kabar bahagia tersebut kepada koran ini (10/4). Kabar yang membahagiakan itu diketahui sejak Jumat (8/4), pukul 15.00.

Sunarsih, ibu Arsyan, yang kali pertama mengetahui nama anaknya lolos SNMPTN 2022. Arsyan sempat meminta ibunya untuk mengecek namanya ketika sudah kembali dari tempat bekerja. ”Arsyan inginnya ngecek di rumah bareng-bareng. Tapi, ibunya sudah enggak sabar, dicek di tempat kerjaannya,” terang Ihsan saat ditemui di kediamannya, Simo Pomahan, Sukomanunggal.

Begitu tombol enter di komputer diklik, lalu keluar kata, ”Selamat,” Sunarsih mengungkapkan tak bisa memendam rasa bahagia sekaligus haru.

Sunarsih seperti tidak percaya bahwa anak pertamanya dinyatakan lolos SNMPTN di ITS. Rasa bahagia, haru, dan bercampur bangga itu mendadak berubah menjadi kekhawatiran hingga ketakutan saat dia melihat bagian angka pembayaran uang kuliah tunggal (UKT). Nominal UKT-nya Rp 4 juta.

Batas pembayaran UKT terakhir pada Senin (11/4). Sunarsih dan Ihsan tidak tahu harus ke mana mencari uang untuk UKT Arsyan. Ihsan tidak bekerja sejak 2015 karena di-PHK. Yang bekerja hanya Sunarsih. Perempuan 49 tahun itu bekerja di bidang importir bunga plastik. Gajinya hanya cukup untuk membuat dapur rumahnya mengepul.

Hingga Sabtu (9/4) dini hari, Sunarsih terjaga. Dia tidak tidur. Selepas salat Tarawih, mukenanya seolah nyaman di badannya. Bibir Sunarsih dan Ihsan terus basah dengan lantunan-lantunan doa. Jari-jarinya tak berhenti scroll layar gawainya.

Sunarsih tebersit untuk mengirimkan pesan ke beberapa akun Instagram resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Dia mengetahui pemkot menyediakan program beasiswa jenjang universitas. ”Saya tahu dari beberapa media terkait beasiswa itu,” ungkapnya.

Namun, pesan-pesan itu tak berujung dengan balasan dari pemilik akun. Ihsan sempat patah arang. Sunarsih menguatkan sang suami. Tekad Sunarsih bulat. Dia yakin ada jalan untuk putrinya berkuliah.

Tak mau berlama-lama, Sunarsih lantas mengirimkan pesan ke nomor Reni. Pada Minggu pukul 02.00, tiba-tiba gawainya berbunyi. Dari layar terlihat ada notifikasi pesan dari Reni. ”Bu Reni menyampaikan bakal ke rumah Minggu siang. Ternyata benar datang dan dibantu Bu Reni,” imbuhnya.

Ketika tiba di rumah Sunarsih, Reni mengatakan bahwa beasiswa pendidikan jenjang universitas bagian dari upaya pemkot untuk memutus rantai kemiskinan. Kok bisa? Sebab, ada salah seorang anggota keluarga yang dapat meneruskan pendidikan ke level lebih atas. Harapannya, bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan mengangkat taraf hidup.

 

Sumber:

Semua Halaman – Cerita Arsyan, Siswi SMKN 5 Negeri Surabaya, Lolos SNMPTN di ITS (jawapos.com)