“Sebenarnya ada sisi ketika program urgent yang harus dianggarkan tapi hingga sekarang belum dicairkan.”

Reni Astuti
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya

Minimnya serapan anggaran Covid-19 yang bersumber dari APBD Kota Surabaya ternyata berbanding lurus dengan tingginya jumlah kematian korban.

Serapan anggaran penanganan Covid-19 di Surabaya yang bersumber dari APBD sebesar Rp 151,02 miliar baru terserap Rp 56,8 miliar atau baru 37,65 persen. Sedangkan, kematian akibat Covid-19 di Surabaya tercatat sebanyak 1.383 jiwa hingga Kamis (23/7) malam berdasarkan data di infocovid19.jatimprov.go.id. Dengan rincian konfirmasi positif sebanyak 729 orang dan suspect atau PDP sebanyak 654 jiwa.

Surabaya juga menjadi kota tertinggi kematian Covid-19 di Indonesia. Dengan persentase hampir menembus 10 persen. Yaitu, untuk konfirmasi positif 9,01 persen (729 korban) dan suspect 9,97 persen (654 korban).

Untuk pemakaman korban Covid-19 di Surabaya ini, Pemkot Surabaya menyiapkan dua lokasi. Yaitu, di Tempat Pemakamam Umum (TPU) Keputih, Kecamatan Sukolilo dan TPU Babad Jerawat, Kecamatan Benowo.

Kepala UPTD Pemakaman Pemkot Surabaya Aswin Agung mengatakan pihaknya menyediakan kurang lebih 1,8 hektar atau 18.000 meter persegi. “Itu kalau kurang lebih hitung-hitungannya bisa menampung sekitar 4.000 jenazah,” ujarnya.

Sementara untuk di Babad Jerawat pihaknya menyediakan 9.000 meter persegi. Atau separuh lebih kecil dari TPU di Keputih.

Aswin menjelaskan untuk kapasitas pemakaman blok khusus COVID-19 di TPU Keputih bisa menampung sekitar 4.000 jenazah. Dan saat ini sudah terisi sekitar 1.000 jenazah lebih.

“Untuk sekarang yang dimakamkan sudah cukup lumayan (penuh) seperti itu. Kalau jumlahnya sudah sekitar 1.000 lebih. Di Babad Jerawat juga sama separuhnya juga,” tutur dia.

Namun, Aswin tidak mengetahui pasti apakah jenazah-jenazah yang dimakamkan di blok khusus tersebut positif Covid-19 atau tidak. Sebab, pihaknya hanya bertugas menerima jenazah dengan pemakaman protokol khusus dari rumah sakit.

“Tapi kita tidak tahu positif atau tidaknya COVID-19. Karena itu bukan kewenangan kami. Jadi kalau dari rumah sakit pakai protokol kesehatan jenazahnya dimakamkan di blok khusus di sini,” lanjutnya.

Aswin menuturkan per hari pihaknya bisa menerima rata-rata 15-20 jenazah dari rumah sakit. Bahkan, dalam satu hari, pernah sampai 30 jenazah.

“Itu satu hari awal-awal. Kalau rata-rata sekitar 15 atau 20-an jenazah. Pernah juga maksimal sehari menerima 30 jenazah,” ungkap Aswin dikutip detik.com, Selasa (21/7/2020).

Namun, belakangan ini imbuh Aswin, jumlah kematian kasus Covid-19 di Surabaya saat ini mulai menurun. Dia juga berharap tak ada lagi pasien yang meninggal terus-menerus. “Kalau sekarang sudah mulai turun. Dan tidak mesti menerima jenazah lagi. Ya semoga tidak terus-terusan,” imbuhnya.

Terkait dengan sumber dana penanganan Covid-19 yang bersumber dari APBD murni Kota Surabaya tersebut dirinci oleh Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti dibagi menjadi tiga. Yaitu, untuk penanganan dampak kesehatan Rp 82,7 miliar dan baru terserap Rp 17,8 miliar atau 21,6 persen.

Kemudian untuk penanganan jaringan pengaman sosial Rp 66,1 miliar dan sudah terserap Rp 38,9 miliar atau 58,9 persen. Dan terakhir untuk penanganan dampak ekonomi Rp 2,1 milar dan sama sekali belum terserap.

Data tersebut adalah periode sejak awal pandemi Covid-19 di bulan Maret hingga Juni atau selama empat bulan terakhir. Mendapati fakta tersebut Reni melempar kritik jika sebenarnya ada sisi ketika program urgent yang harus dianggarkan tapi hingga sekarang belum dicairkan.

“Contoh misalnya kampung tangguh. Kampung tangguh saya tanya ke beberapa warga yang mengelola ini agak turun semangatnya,” imbuh dia.

Sumber :

https://jatimtimes.com/baca/219420/20200724/185300/anggaran-covid-19-minim-terserap-1-383-jiwa-gagal-diselamatkan-di-surabaya