29 Februari 2020
Anak-anak Surabaya adalah anak-anak saya juga yang berhak bermimpi dan bercita tinggi
Reni Astuti
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya
Usia anak adalah usia belajar dan bermain. Berbeda dengan Ridho Andrianto, anak usia 12 tahun. Di usia yang masih belia, ia harus merawat bapaknya yang terkena stroke seorang diri. Ridho tinggal di ujung utara Surabaya, bertempat di kawasan pesisir Surabaya. begitu saya memasuki gang rumah, di kiri dan kanan jalan banyak ikan dijemur. Bau amis ikan yang dijemur langsung menyerbu hidung saya. Maklum daerah Nambangan, Perak dikenal sebagai kampung nelayan. Akhirnya saya tiba di rumah Ridho, terletak di ujung gang. Sekitarnya sepi. Tak ada pedagang yang lalu lalang. Saya membayangkan, ia harus naik sepeda atau berjalan kaki cukup jauh sampai ke jalan raya untuk membeli makan.
Dalam kunjungan kali ini, saya tidak sendirian. Saya ditemani tokoh masyarakat setempat. “Assalamualaikum” saya mengetok pintu rumahnya pelan. Di balik pintu terdengar suara lirih menjawab salam saya. Ketika pintu dibuka, saya langsung disambut ruang tamu beralaskan tikar yang telah pudar menutupi lantai beralaskan tanah. TV kecil menyala menjadi satu-satunya hiburan di rumah mungil tersebut. Saat itu, Pak Supriyadi sedang terbaring bertelanjang dada kepanasan. Kipas angin kecil berlomba mengusir hawa panas. Disebelahnya Ridho duduk, setia mendampingi. Begitu tau kedatangan tamu, Pak Supriyadi langsung bangun. Ridho dengan sigap mencari kemeja dan memakaikannya dengan telaten. Stroke merengut pengelihatan sebelah kanan Pak Supriyadi. Tangan sebelah kirinya tidak bisa bergerak. Beliau juga kesulitan berjalan. Otomatis Ridho lah yang harus mengurusi kebutuhan bapaknya, menemani ke kamar mandi, menemani jalan di sekitar rumah kadang kala juga menyuapi. Ketika Pak Supriyadi sakit, Ridho terpaksa tak bersekolah. Sudah hampir satu bulan ia di rumah. Sebenarnya Budhenya ingin Ridho tinggal bersamanya agar kebutuhannya terpenuhi. Tapi Ridho tak tega. Ia tak ingin berpisah dari bapaknya.
Kondisi Ridho dan Bapaknya telah terdata di Kelurahan Tanah Kali Kedinding hampir satu bulan yang lalu (Januari 2020). Tetapi sampai saat ini belum mendapatkan intervensi kebijakan apapun sehingga hingga hari ini (29 Februari 2020) saya berkunjung beliau belum mendapatkan bantuan apapun. Seharusnya ketika kondisi seperti ini sudah diketahui oleh kelurahan, semestinya harus segera dibantu. Hal yang sifatnya administratif, saya kira perlu mendapatkan pengecualian untuk kondisi yang darurat dan mendesak. Jangan sampai pemerintah kota tidak memberikan bantuan apapun hanya karena persoalan administrasi prosedural. Ada pola-pola lain yang bisa diambil oleh pemerintah kota. Dalam kasus yang saya temui hari ini, Pak Supriyadi belum memiliki BPJS PBI sementara kondisi beliau tidak mampu. Karena stroke yang diderita, beliau tidak bisa bekerja sedangkan usia Ridho masih belia untuk bekerja. Sehari-harinya Ridho dan bapaknya hidup dari belas kasihan warga sekitar. Untuk makan saja tidak ada. Beliau seharusnya dapat dikategorikan sebagai penyandang disabilitas yang seharusnya mendapatkan bantuan permakanan dari pemerintah kota Surabaya, termasuk Ridho tetapi sampai saat ini belum mendapatkan bantuan.
Dalam kondisi yang susah seperti itu, Ridho juga harus mempersiapkan diri untuk mengikuti UNAS. Ridho bersekolah di SD swasta, otomatis juga terbebani dengan biaya sekolah. Sudah mikir untuk biaya sehari-harinya. Kemudian mikir untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Saya kira harus mendapatkan perhatian. Tidak berhenti pada tahap pendataan semata. Ketika sudah diketahui dan masuk pendataan kelurahan harusnya bantuan segera diberikan. Intervensi kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus segera diberikan. Ridho adalah salah satu anak Surabaya. Lahir di Surabaya. Bapaknya, Pak Supriyadi juga orang Surabaya, sepatutnya harus dibantu dan diutamakan dibantu. Sementara belum ada bantuan permakanan dari pemkot, kami mengupayakan setiap hari akan kami bantu untuk makanannya. Kami sudah koordinasikan dengan kader IPSM yang ada di wilayah tersebut untuk mengantar makanan setiap hari. Kemudian beban biayanya dapat dikomunikasikan ke saya selaku wakil ketua DPRD Kota Surabaya. Oleh karena itu, saya mendorong kepada pemerintah kota untuk sigap jika menemui kondisi warga yang menuntut penanganan segera.
13 Juli 2020, Mbak Diana, Karang Taruna Kecamatan Bulak yang mendampingi Ridho dan Pak Supriyadi mengabarkan pada saya bahwa Ridho diterima di SMP Negeri 54 Surabaya dan saat ini sedang mendampingi belajar online untuk hari pertama sekolah di tahun ajaran baru. Saya ikut senang mendengar Ridho dapat menempuh pendidikan lebih tinggi lagi. Saya ingin anak-anak Surabaya mendapatkan pendidikan yang layak dan kehidupan yang layak di tengah keterbatasan ekonomi dan kondisi. Anak-anak Surabaya adalah anak-anak saya juga yang berhak bermimpi dan bercita tinggi.
Komentar Terbaru