Oleh Reni Astuti
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya

Beberapa waktu ini kita melihat Ibu Walikota Surabaya melakukan kegiatan kerja bakti menyapu bersama dengan kepala dinas dan staff Pemkot. Beliau menyapu, menyiram, memungut sampah dan memotong ranting. Saya mendengarkan berbagai komentar dan tanggapan, ada yang memuji ada juga yang bilang pencitraan. Menurut saya, apa yang dilakukan oleh Bu Risma ini bukan sesuatu yang baru. Ini adalah karakter dan ciri khas beliau. Beliau tidak bisa diam jika orang lain disekitarnya bekerja.

Di bulan Desember, saya dan Bu Risma bersama Forkompimda memantau keamanan kota pada malam tahun baru dengan menggunakan bus Suroboyo. Saya melihat, beliau tidak diam di dalam bus, mengamati sekeliling ketika dalam perjalanan menuju spot-spot pengamanan. Saat itu ada lampu PJU yang mati atau ada gangguan di jalan yang berpotensi menggangu keamanan dan kenyamanan warga, beliau langsung mengambil handy talkie dan mengintruksikan staff dibawahnya untuk memperbaiki hal tersebut. Sosok umeg… tak berpangku tangan.

Kepedulian beliau tidak hanya berkaitan dengan sarana dan prasarana fisik semata, tetapi saya juga melihat kekhawatiran yang amat sangat ketika warga Surabaya, khususnya anak Surabaya tertimpa masalah. Misal ada anak Surabaya terkena narkoba, tindakan kriminal, penculikan, putus sekolah, terlihat sisi keibuan Bu Risma sangat terasa. Beliau sangat memikirkan anak-anak Surabaya.

Pernah di sebuah acara saat penampilan anak ABK berbakat bernama Ibham dengan suara emasnya bernyanyi sambil mainkan musik, saat Ibham turun panggung yang bertangga sambil digandeng panitia, secara refleks bu Risma berujar “hati2 Ibham itu tangga.. hati2 turunnya….”. Saat itu saya duduk 4 kursi disamping bu Risma.

Tahun 2014 saat penutupan lokalisasi dolly, ditengah suasana yang bisa dibilang tidak aman, ditengah protes dan ancaman, bu Risma turun langsung siang malam. Lek mbayangno yo deg deg an rek…

Kembali ke laptop…. terkait nyapu2 dan lainnya tadi. Saya teringat dulu sekali, sebelum tahun 2009. Sebelum saya menjadi anggota dewan, dan sebelum Bu Risma menjadi walikota. Saat itu beliau sebagai Kepala Bapeko, PKS punya program silaturahim ke tokoh-tokoh. Saya kebagian silaturahim ke rumah Bu Risma di Wiyung. Saya datang bersama kader PKS di hari minggu pagi. Ketika saya datang, beliau sedang menyapu halaman dan jalan depan rumahnya.

Hal positif lainnya dapat diambil ketika Beliau turun langsung di lapangan adalah Beliau menumbuhkan semangat dan menjadi inspirasi sebagai seorang pemimpin kepada bawahannya, kepala dinas dan staff. Lha wong Walikotanya turun langsung ke masyarakat, mosok Lurah dan Camat tidak dekat melayani terjun ke masyarakat.

Apa yang dilakukan Bu Risma terjun ke masyarakat harus menciptakan iklim positif kinerja pegawai sebagai pelayanan publik di lingkungan Pemkot Surabaya mulai di balai kota, di dìnas/perangkat daerah hingga level pelayanan yang paling dekat dengan masyarakat kecamatan dan kelurahan. Walikota juga memberikan keteladanan bagi warga untuk dapat bersama-sama menjaga lingkungan, misalnya dengan kerjabakti. Lha wong walikotane nyapu2, mosok warga nggak semangat kerja bakti.

Hal-hal teknis yang dilakukan oleh Walikota pun tidak mengabaikan hal-hal yang sifatnya strategis seperti merumuskan kebijakan kota,perencanaan pembangunan, penyusunan APBD, pengamanan aset, menjaga trend pertumbuhan ekonomi, penilaian kinerja OPD, pendelegasian tugas, semua itu saya melihatnya tidak luput untuk dikerjakan.

Kinerja pemkot on the track, bukan berarti tanpa kekurangan. Disinilah peran DPRD menjalankan tupoksinya sebagai representasi rakyat.
Apa saja sih yang masih kurang dari kinerja pemkot? Apa saja yang masih jadi problem kota? Mosok onok see…. bukane wis apik kabeh??

Tunggu tulisan saya berikutnya.

Ditulis kembali dari :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10215829804447024&id=1502405245