Beberapa nama perempuan ikut menyemarakkan Pilwali Surabaya 2020. Mereka siap bertarung menjadi pemimpin di Kota Pahlawan.

Sekarang ini ada tiga nama perempuan yang lagi moncer dan siap menjadi calon wali kota (cawali) maupun calon wakil wali kota (cawawali).

Mereka adalah Reni Astuti, wakil ketua DPRD Surabaya, Siti Anggraeni Hapsari (SAH) yaitu politisi Partai Demokrat Surabaya, dan Dyah Katarina, istri mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono yang saat ini anggota DPRD Surabaya.

Mereka kini getol melakukan sosialisasi ke masyarakat. Selain memasang spanduk di mana-mana, para Srikandi ini juga blusukan ke warga.

Sekarang ini ada dua cawawali perempuan yaitu Reni Astuti dan Siti Anggraeni yang berebut sebagai pendamping cawali Mahfud Arifin yang diusung 8 partai.

Sedangkan Dyah Katarina mendaftar sebagai cawali di DPC PDI-P Surabaya. Mereka semua lagi menunggu keputusan untuk menjadi cawali dan cawawali agar bisa berkontestasi dalam pilwali yang digelar 9 Desember.

Melihat adanya perempuan dalam pusaran Pilwali Surabaya, Agus Mahfud Fauzi, pengamat politik dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengatakan, hingga sekarang ini warga Surabaya masih mendambakan seorang pemimpin perempuan sebagaimana ketika Surabaya dipimpin Tri Rismaharini. Di sini perempuan tidak hanya sebatas masalah gender, namun pada prestasi.

Ia menambahkan jika calon perempuan tersebut bisa dilihat oleh warga Surabaya, terutama memiliki prestasi, maka akan memiliki daya tarik lebih. Tapi jika tidak, maka tidak akan dilirik warga Surabaya, meskipun katakan mereka cantik.

Dari ketiga nama tersebut, masih lanjut Agus Mahfud, adalah mereka harus memiliki persamaan dengan pasangan yang akan didampinginya. Sebab, perempuan memiliki ego lebih besar dari lelaki, maka perlu mencari pendamping yang seiya sekata, saling memahami, dan saling mengetahui.

“Bagi saya, perempuan bukan harga mati dalam pilwali. Kalau perempuan itu memiliki kelebihan akan lebih melengkapi. Maka pemahaman masyarakat soal Bu Risma akan menyambung jika muncul pemimpin perempuan,” kata dia.

Ia menegaskan warga Surabaya ini berbeda dengan daerah karena sangat rasional. Ketika muncul calon perempuan, maka bukan soal perempuannya namun karena memperjuangkan hak-hak perempuan yang akan lebih dipilih.

Kalau lelaki bisa memperjuangkan hak perempuan, juga memiliki peluang bisa mengalahkan perempuan itu sendiri.

“Perempuan berkualitas yang harus menjadi pendamping para kandidat dalam pilwali. Kalau tdak berkualitas maka menjadi beban wali kota atau wakil wali kotanya nanti,”ungkap dia.

Yang pasti, munclnya perempuan berprestrasi ini akan menambah dukungan dari kalangan perempuan.

“Ini akan menguatkan dan bisa menang. Kalau hanya sekadar perempuan akan sulit menang,” pungkas dia.

Sumber :

https://memorandum.co.id/calon-perempuan-bisa-menangi-pilwali-surabaya/