SURABAYA – Komisi D DPRD Surabaya terus mendorong anak putus sekolah untuk kembali meneruskan belajar di lembaga pendidikan formal atau non formal. Ini bagian program menggaungkan zero anak putus sekolah di Kota Pahlawan.

Yang formal seperti halnya SD, SMP, SMA dan sederajat yang masuk sekolahnya pagi hingga siang atau sore. Non formal di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang masuk sekolahnya mulai petang hingga pukul 21.00 WIB. Singkatnya, yang belajar di PKB  bisa tetap bekerja pada siang harinya.

Ini disampaikan anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, S.Si ketika ertemu dengan anak-anak putus sekolah yang didampingi anggota Karang Taruna Kelurahan Ngagel Rejo, di jalan inspeksi (bantaran sungai Kalimas Ngagel), tepatnya Barat Taman Ujung Galuh, Minggu (29/4/2018).

“Kita berkumpul di sini (bantaran sungai) sebagai bentuk semangat kita untuk menjadi lebih baik. Rabu besok (2/5) Hari Pendidikan Nasional, semoga kita semua punya semangat untuk belajar,” Reni mengawali obrolan santai dengan mereka, yang putus sekolah seraya menikmati menu sarapan nasi bungkus.

Ada yang SD tak sampai lulus, lulus SMP sejak setahun lalu dan tidak meneruskan kembali. Namun mereka memiliki semangat untuk melanjutkan pendidikan.

“Harapannya anak-anak ini bisa meneruskan sekolah, meneruskan pendidikan karena masih punya semangat belajar. Keberadaan saya menggali penyebab mereka tidak lagi sekolah. Selanjutnya cari solusi. Yang penting anak-anak semangat, soal dana tidak perlu khawatir karena pemerintah kota memiliki anggaran,” imbuh Reni yang juga wakil ketua Fraksi PKS DPRD Surabaya.

Reni langsung memberikan solusi. Yang baru saja protol SD akan dimasukkan ke SDN di Ngagel Rejo yang lokasinya dekat tempat tinggal si anak. Yang protol SD selama lima tahun akan didorong masuk PKBM. Sedangkan yang lulus SMP sejak setahun lalu akan didorong masuk SMK sesuai kemauannya.

“Kalau ingin masuk sekolah formal, perhatikan jadwal PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Mendaftar, nanti Karang Taruna akan mendampingi,” jelasnya.

Nv, salah satu anak yang sejak setahun lalu lulus dari salah satu SMP swasta di Surabaya ingin bisa melanjutkan ke SMK. Hal yang sama dituturkan Rn, yang juga sejak setahun lalu lulus SMP namun tidak meneruskan karena faktor biaya. Selama ini Rn bekerja di counter handphone.

“Kalian masih muda. Kalau aktivitasnya tidak ada dikhawatirkan terpengaruh sesuatu yang kurang bagus. Di Surabaya sekarang ramai masalah miras. Ada anak usia 18 tahun tidak sadar dan di ICU Rumah Sakit dr. Soewandhie. Harus cuci darah karena banyak zat-zat merugikan masuk ke pembuluh darah,” urai Reni yang juga didapuk sebagai Ketua Bidang Ekuintek DPW PKS Jatim.

Untuk mengawal keberlangsungan anak-anak kembali bersekolah, kata Reni, komisinya akan koordinasi dengan sejumlah kampus di Surabaya. Melalui program Campus Social Responsibility, kampus akan menerjunkan mahasiswa guna melakukan pendampingan. Bahkan mulai antar dan jemput dari rumah ke sekolahan dan sebaliknya.

Reni menambahkan semangat atas upaya ini untuk lebih “membumikan” gerakan zero angka putus sekolah. Anak yang usianya kurang dari 18 tahun dan tidak meneruskan sekolah, akan didorong kembali bersekolah.

“Supaya masyarakat berperan aktif akan ada pemasangan stiker, baliho, spanduk di kampung tentang program ini. Pengaduan atau penyampaian informasi anak putus sekolah bisa disampaikan ke saya langsung,” pesan Reni.

Sekadar diketahui, saat menemui empat anak putus sekolah di sisi barat Taman Ujung Galuh, Reni juga mendapat informasi tambahan mengenai anak lain di Ngagel Rejo yang juga putus sekolah. Total sementara ada 14 anak. Dan ini akan disikapi Reni dengan mendatangi rumah masing-masing anak tersebut.

Wakil ketua RW II Kelurahan Ngagel Rejo, Robby Hidayat menyebut ada banyak anak putus sekolah di wilayahnya. “Dengan bantuan bunda Reni, pengurus kampung mendorong mereka bisa kembali mengakses pendidikan,” urai Robby yang juga pengurus Karang Taruna Kota Surabaya.

Segenap pengurus kampung, kata Robby, mengusung semangat mengubah citra kampung untuk menjadi lebih baik. Melalui seksi perlindungan anak, remaja dan napza, Karang Taruna Kelurahan Ngagel Rejo terus berupaya mengikis anak putus sekolah dan membersihkan citra kampung terkait keberadaan remaja yang suka konsumsi miras. (rel)