Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti menilai persoalan pembelajaran online yang dihadapi pelajar di Surabaya ialah keterbatasan biaya untuk mengakses internet. Oleh karena itu, ia meminta Pemkot Surabaya harus lebih sigap dan menjemput bola.

“Keluarga orang tua, akses internet bagi yang tidak mampu, masih menjadi persoalan. Kemendikbud akan membantu dan menganggarkan Rp 7,2 T nasional di dapodik. Pemkot jemput bola agar anak-anak Surabaya bisa terakomodir, jangan sampai ada yang tertinggal. Kalau belum terselesaikan Pemkot harus sigap,” kata Reni dalam keterangan tertulis, Senin (14/9/2020).

Reni bilang Pemkot harus terus mencari solusi dari keluhan wali murid terkait dengan pembelajaran jarak jauh. Misalnya, memanfaatkan balai RW dan 53 broadband learning center (BLC) di Surabaya dengan fasilitas komputer dan internet yang bisa menjadi tempat belajar siswa tidak mampu.

“Wali Kota (Risma) menyampaikan akan menggunakan BLC, balai RW. Saya melihatnya belum terlihat secara signifikan, kita masih mendengar keluhan dari warga. Kita sebagai wakil rakyat, terus mendorong supaya Pemkot segera mengentas persoalan pendidikan masa pandemi,” tuturnya.

Selain memberikan dan menyediakan fasilitas pembelajaran online bagi siswa, Reni mengingatkan protokol kesehatan juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh Pemkot. Sebab agar nantinya tidak ada klaster baru di tempat pembelajaran untuk anak.

Reni berharap adanya pendampingan kepada siswa saat berada di tempat pembelajaran gratis itu, terlebih pada protokol kesehatan. Sebab, keselamatan dan kesehatan anak merupakan hal terpenting.

Dia juga mengaku telah menginisiasi membantu sarana pembelajaran online, seperti di eks lokalisasi Dolly yang merupakan daerah pemilihan (dapil) dirinya. Reni memfasilitasi proses belajar online secara gratis untuk siswa.

“Ini program greget PKS. Kita siapkan fasilitas wifi, kemudian untuk pembayaran kami yang bantu. Jadi saya juga selain menuntut Pemkot untuk menyediakan sarana pembelajaran online. Maka saya juga menginisiasi membantu sarana WiFi,” ujarnya.

Lebih lanjut Reni membeberkan kebijakan pemerintah pusat mengalihkan pembelajaran tatap muka ke online dengan harapan mengurangi mobilitas pelajar dan mampu menekan penyebaran virus COVID-19. Namun, tak sedikit anak malah main keluar rumah yang justru lebih berbahaya dan berisiko tinggi terpapar serta menularkan orang di sekitarnya.

“Terkait pendidikan, masih menjadi PR. Sekarang kita melihat banyak anak-anak yang keluyuran bebas. Ini harus ada dukungan pemerintah kota,” kata Reni.

Reni berharap materi pembelajaran online bersifat kontekstual. Artinya, sesuai dengan kondisi yang ada saat ini dan dikaitkan bagaimana cara mengantisipasi agar tidak terpapar COVID-19.

Menurut politisi PKS ini, memperkuat karakter kesehatan di masa pandemi COVID-19 pada materi pembelajaran perlu diterapkan. Tentunya dengan cara yang mudah dipahami, kreatif, dan menyenangkan.

“Yang lebih penting adalah membangkitkan kesadaran siswa. Bagaimana kesadaran itu, materi-materi daring yang dilakukan sekolah jangan terlalu berat pada sisi kompetensi umum seperti sebelum pademi. Dalam situasi ini pembangunan karakter lebih penting,” ujar dia.

“Karakter sekarang ini yang dimaksud adalah karakter sehat di masa pandemi. Bagaimana mereka menjadi anak sehat dan menyehatkan bagi orang di sekitarnya,” imbuhnya.

Sumber :

https://news.detik.com/berita/d-5172226/dprd-surabaya-minta-pemkot-jemput-bola-atasi-masalah-internet-siswa

https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2020/09/15/214008/pemkot-harus-jemput-bola-bantu-warga-sekolah-online