Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti mendorong optimalisasi pembelajaran tatap muka (PTM) bisa segera dilakukan. Dengan tetap memprioritaskan aspek kesehatan, saat ini persiapan PTM di Surabaya terus dimaksimalkan.
Tidak saja menggelar simulasi. Namun ratusan sekolah juga sudah dilakukan assesment. Hasilnya cukup menggembirakan.
Tidak saja dukungan sarana prasarana, tapi juga pola pembelajaran yang mengedepankan protokoler kesehatan (prokes).
Reni terus mendorong dan mendukung sekolah, baik SMP maupun SD di Kota Surabaya untuk menyiapkan PTM. Persiapan harus dioptimalkan. Sudah ada 300 sekolah yang dilakukan assesment.
Namun Reni pun tetap ingin mengecek kondisi riil di lapangan. Ia mengecek di SMPN 6 Surabaya dan SMP Giki.
Dia ingin memastikan persiapan di sekolah berjalan optimal. Baik sistem pembelajaran yang efektif dan penerapan prokes secara ketat.
Dua sekolah tersebut, dari hasil assessment, diizinkan untuk memberlakukan PTM. Reni pun ingin memastiakan di lokasi. Dia juga menyaksikan simulasi PTM yang berjalan dengan mengedepankan prokes.
“Dari simulasi di kedua sekolah itu, saya berharap PTM bisa segera dimulai dengan lancar. Kami juga mengapresiasi dinas pendidikan, lantaran bisa mempersiapakan PTM dengan baik,” kata Reni.
Politisi PKS ini menyaksikan simulasi di dua sekolah itu. Mulai dari anak masuk dari halaman sekolah menuju ke ruang kelas, hingga sarana dan prasarananya. Pembelajarannya juga berjalan efektif.
Namun diperlukan adanya Satgas Penanggulangan Covid-19 mandiri di sekolah. Mereka yang setiap saat mengingatkan dan memandu sekolah.
Dia berharap sekolah, tenaga pendidik, dan orangtua bersinergi dengan baik.
Sekolah juga sudah meminta persetujuan orangtua sebagai syarat pelaksanaan PTM. Reni menyampaikan bahwa sekolah tetap menyediakan layanan Pembelaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring.
Baik yang ingin PTM maupun tidak, tetap harus diberi ruang. Semua kembali pada pendapat serta kenyamanan para orangtua demi putra-putrinya.
PTM Secara Bertahap
Dan sebenarnya, melihat persiapan, PTM bisa digelar usai libur Lebaran. Dengan catatan, tidak ada angka yang melonjak terkait kasus positif covid-19.
“PTM tak perlu menunggu tahun ajaran baru Juli. PTM secara bertahap bisa dimulai setelah Lebaran. Di sinilah fungsi Satgas Covid-19 untuk memberikan lampu hijau bagi pihak sekolah,” kata Reni.
Satgas Covid-19 Kota Surabaya juga perlu melibatkan para pakar kesehatan, para epidemiologi, ikatan dokter anak, dan sebagainya, untuk melakukan pendampingan.
Tujuannya, pembukaan PTM benar-benar memiliki kajian yang mendalam.
“Saya sangat setuju dengan adanya pembelajaran tatap muka tanpa adanya klaster sekolah. Persiapan harus dilakukan bersama-sama,” lanjut Reni.
Dia menyampaikan bahwa orangtua yang tidak setuju PTM pun harus dihargai. Itu juga sesuai dengan peraturan Kemendikbud, yang mana mereka tetap mendapatkan pelayanan atau sistemnya hybrid learning.
Apalagi, terdapat aplikasi pembelajaran yang mendukung, sehingga bagi anak yang melaksanakan pembelajaran online tetap bisa mengikutinya.
Reni mendorong Dinas Pendidikan (Dindik) untuk bersinergi intensif dengan Dinas Kesehatan (Dinkes). Jadi, PPKM mikro harus tetap berjalan serta update kasus positif secara berkala.
Tujuannya, apabila ada keluarga siswa yang diinfeksi virus, bisa terdeteksi dan ditangani dengan maksimal. Artinya, data kasus tersebut harus ter-update tiap hari ke sekolah-sekolah.
Kepala SMPN 6 Surabaya, Achmad Sya’roni menyatakan bahwa sekolahnya sudah siap melaksanakan PTM. Pihaknya sudah menyiapkan pola pembelajaran bagi siswa yang mengikuti PTM maupun PJJ.
Antara yang setuju PTM dan tidak, diperlakukan sama.
“Kami juga akan mengundang para orangtua untuk memaparkan video simulasi dalam pelaksanaan PTM yang bakal berlangsung,” kata Sya’roni.
Sumber:
Berita Serupa:
Tinjau Optimalisasi Pembelajaran Tatap Muka, DPRD Surabaya Harapkan Ini (detik.com)
Komentar Terbaru