Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyebut Surabaya sudah memasuki zona hijau Covid-19. Klaim itu didasarkan pada tingkat penularan Covid-19 yang dinilai sudah beranjak turun. Namun, klaim itu bersebrangan dengan pendapat Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Dr. dr. Windhu Purnomo.

Windhu membantah klaim Risma. Sebab, menurut Windhu, jumlah kematian akibat Covid-19 di Kota Pahlawan cukup tinggi, yaitu 8,9 persen. Sedangkan data nasional saja kenatian sidah diangka 4,5 persen. Di Jawa Timur 7,7 persen.

“Padahal terget WHO (World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia), angka kematian tidak boleh lebih dari dua persen. Jadi kita harus mengejar terget itu. Jadi angka 8,9 peren ke dua persen jauh banget,” kata Windhu kepada Memorandum.co.id, Selasa (4/8/2020).

Ia ragu dengan Risma yang mengemar-gemborkan Surabaya sudah zona hijau. Sebab, data tersebut dipertanyakan Windhu sehingga Pemkot Surabaya bersikukuh bahwa menetapkan warna hijau tersebut.
Lantaran, ada bebepa syarat yang harus dipenuhi suatu daerah jika wilayahnya sudah berwarna hijau.

“Jadi daerah-daerah di seluruh Indonesia sudah bisa digambar tingkat risikonya seperti apa? Tingkatan risiko itu digambarkan dalam bentuk warna-warna. Mulai merah, orange, kuning dan hijau. Nah, Surabaya sendiri sudah berminggu-minggu, berbulan-bulan tidak pernah beranjak dari merah. Memang belum aman. Tapi Bu Wali Kota bilang hijau. Yang saya pingin tahu itu dasarnya apa menetapkan Surabaya zona hijau? Ini yang kita pertanyakan,” tegas Windhu.

Melihat kondisi itu, Wndhu menilai, Pemkot Surabaya gegabah dalam penetapan zona hijau tersebut.

“Kok hijau? Orange saja tidak pernah! Jadi yang kita pertanyakan, Bu Wali Kota mengatakan daerah Surabaya ini sudah hijau. Selain itu, kasus masih meningkat terus, meski RT dalam empat hari sudah turun di bawah satu, tapi masih fluktuatif karena sebelumnya sudah pernah di bawah satu tapi naik lagi akibat kedisipinan warga yang buruk, sehingga naik lagi. Dan dikatakan suatu darerah itu terkendali apabila tingkat penularan sudah di bawah satu selama 14 hari berturut-turut. Surabaya sama sekali belum,” cakapnya.

Suara sumbang serupa disampaikan Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti. Menurut Reni, tingkat kesembuhan Covid-19 di Surabaya saat ini 60 persen. Kemudian angka positif masih cukup tinggi di atas standar WHO.

“Jadi sekitar 23 persen positif. Artinya apa? Dari 100 orang yang di-swab 23 positif bahasanya. Artinya masih tinggi, karena standar WHO lima persen. Kalau sudah di bawah lima persen itu sudah dikatakan zona hijau. Saya kurang tahu yang dimaksud zona hijau menggunakan kriteria mana. Tapi kalau berdasarkan khasus positif kita masih tinggi di 23 persen. Namun di satu sisi angka kesembuahan kita semakin membaik, kisaran di 60 pesen,” jelas Reni.

Sumber :

https://memorandum.co.id/epidemiolog-dan-dprd-pertanyakan-dasar-pemkot-tetapkan-zona-hijau/