SURABAYA – kelambanan Pemkot Surabaya membangun Tempat Penampungan Sementara (TPS) pedagang Pasar Turi III, menuai sorotan dari anggota Komisi C. Tak hanya itu, pemkot dituding tidak serius mengentas pe­dagang Pasar Turi yang harus dua kali terlunta lunta pasca kebakaran yang melanda pasar grosir terbesar di kawasan Indonesia Timur itu.

Reni Astuti menjabarkan, sejak terbakar 16 September lalu, sampai sekarang pejabat pemkot masih terjebak pro kontra soal lelang atau penunjukan langsung (PL) yang menjadi dasar pembangunan TPS. “Saya melihat anta­ra Asisten II Bidang Perekonomian Pembangunan Sekkota, Pak Muhlas Udin dengan Kabag Bina Program Eri Cahyadi tidak sinkron menyikapi rencana pembangunan TPS sindir legislator PKS tersebut, Rabu (17/10).

Reni menegaskan, dalam kondisi darurat seperti ini seharusnya debat kusir itu tidak terjadi dan pimpinan tertinggi bisa mengeluarkan kebijakan. Pasalnya, untuk masalah anggaranya pembangunan TPS sudah dialokasikan sebesar Rp 12,4 miliar bersumber dari Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) atau Perubahan APBD tahun anggaran 2012. “Anggarannya kan sudah ada, masa hanya gara-gara debat, pedagang yang dikorbankan,” sebutnya.

Sebelumnya pihak pemkot berjanji segera merealisasikan TPS pada 2012. Tapi janji itu sepertinya sulit terealisasi menyusul debat sengit antara Muhlas Udin dengan Eri Cahyadi. Alasan Eri, pembangunan baru dimulai 2013 karena harus diawali dengan ta­hapan lelang. Menyikapi pernyataan pejabat pemkot yang berbeda 180 derajat itu, Reni cenderung memegang pernyataan Muhlas Udin. Alasannya, tahapan pengerjaan harus secepatnya dilakukan agar tidak meleset. Bahkan dirinya mengaku tidak peduli apakah pemkot menetapkan pengerjaan melalui mekanisme penunjukan langsung atau melalui lelang. “Kalau antara PL dan lelang tidak ada beda waktu, silahkan gunakan lelang saja,” saran perempuan yang biasa mengenakan jilbab ini. (bmb/epe)