SURABAYA – Konsisten tidak cuma untuk konstituen. Prinsip ini yang wajib diugemi (dipegang, red) setiap anggota dewan. Baik itu DPR RI, DPR provinsi, maupun DPR kota/kabupaten. DPR RI untuk seluruh rakyat Indonesia di 34 provinsi, DPR provinsi untuk seluruh kota/kabupaten yang dinaungi, dan DPR  kota/kabupaten untuk seluruh kecamatan yang ada.

Setelah duduk di lembaga legislatif, legislator itu tidak sebatas memperjuangkan aspirasi warga di daerah pemilihan (Dapil/DP)  yang ada.

Reni Astuti, S.Si, anggota Komisi D DPRD Surabaya, periode 2014-2019 pun demikian. Seperti halnya periodenya yang pertama ketika duduk di lembaga legislatif, 2004-2009, dia tidak terjebak untuk sebatas memperjuangkan usulan warga di DP-nya, Surabaya IV.

“Kalau sudah menjadi anggota DPRD kota, yang kita wakili adalah seluruh warga kota. Tidak sebatas warga di daerah pemilihan. Konsisten tidak cuma untuk konstituen, namun segenap elemen (kota),” sebut Reni Astuti, Rabu (7/2/2018).

Warga di DP tempat Reni ditugaskan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggalang dukungan tidak merasa dilupakan. Sebaliknya, perhatian tetap terus diberikan.

Ini diakui Jupri, warga RT 17/RW 04, Kelurahan/Kecamatan Wonokromo. “Banyak program yang dibawa masuk Bu Reni ke sini, kampung Jetis Kulon Gang Pertolongan. Sebelumnya, di wilayah sini tidak memiliki keranda jenazah. Kalau ada warga meninggal, selalu pinjam keranda jauh. Namun warga di RT 17 kini memiliki keranda sendiri, hasil hibah pemkot yang diusulkan Bu Reni. Bahkan kampung-kampung sebelah juga meminjam keranda ke kami,” tutur Jupri.

Warga di wilayah RW 04 Kelurahan Wonokromo, kata Jupri, mengapresiasi kehadiran dan perhatian Reni Astuti sebagai anggota dewan. Jupri sendiri mengakui upaya Reni memperjuangkan hak warga.

Rumah kayu yang ditempati Jupri sebelumnya nyaris roboh termakan usia. Saat hujan bocor di sana-sini. Jupri tidak bisa berbuat banyak karena penghasilan tetap tidak dimilikinya. Belum lagi Jupri harus memikirkan biaya penyakit jantung yang dideritanya.

Kondisi ini diketahui Reni Astuti, ditangkap sebagai aspirasi yang harus segera terealisasi. Komunikasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya yang dilakukan Reni membuahkan hasil.

“Saya bisa ikut BPJS yang dibayar pemkot sehingga saya bisa kontrol ke Rumah Sakit. Rumah yang sebelumnya mau roboh, bocor, sudah diperbaiki lewat program bedah rumah. Ini semua setelah diusulkan Bu Reni,” imbuh Jupri.

Bantuan lain yang berhasil dibawa masuk Reni ke kampungnya juga diakui Jupri. Ada terop, perbaikan gorong-gorong sehingga disaat hujan tidak lagi terjadi genangan di perkampungan.

“Program kesehatan, yaitu pemeriksaan kesehatan juga diusung masuk Bu Reni ke sini. Yang tidak kalah penting, Bu Reni bersama partainya, PKS (Partai Keadilan Sejahtera) rutin mengadakan kegiatan keagamaan di kampung yang ini mampu membawa perubahan sosial menjadi lebih baik lagi,” tuturnya.

Sisca, juga warga RT 17/RW 04, Kelurahan Wonokromo, mengapresiasi peran Reni dalam memperjuangkan hak warga. Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Informatika, Universitas Negeri Surabaya (Unesa). “Saya masuk Unesa melalui SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Semester 1, orang tua saya sempat kesulitan biaya kuliah karena harus memikirkan sakitnya dan itu memerlukan biaya juga. Akhirnya ada info beasiswa pemkot yang disampaikan Bu Reni,” kata Sisca.

Beasiswa pemkot melalui Dinas Sosial ini, kata Sisca, berbeda dengan beasiswa pada umumnya. “Beasiswa ini menanggung biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal), transport, juga biaya keperluan sehari-hari seperti beli buku dan fotokopi,” rincinya.

Beasiswa, menurut Sisca, diharapkan tetap diadakan dan bahkan dikembangkan. Informasi harus terus disampaikan supaya lebih banyak lagi warga yang tahu. “Dengan disampaikannya informasi, harapannya lebih banyak lagi warga yang membutuhkan biaya kuliah mengetahuinya,” sebut Sisca yang kini kuliahnya menginjak semester IV.

Upaya dan kesungguhan Reni diakui Soegiono, warga Jalan Ubi III, RT 7/RW 05, Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo. Sebagai anggota Veteran dan mengalami cacat kaki, Soegiono mengaku sangat teraniaya atas rencana Pemkot Surabaya melakukan normalisasi saluran yang itu bakal berdampak pada pembongkaran rumahnya.

“Bu Reni hadir mendampingi warga mendapatkan solusi terbaik. Ketika warga rapat dengan pihak pemkot, Bu Reni datang. Juga rutin menemui warga, mendengar dan memperjuangkan masalah warga,” anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Surabaya ini menilai. (rel-1)