Banyak yang masih ingat kejadian 4 hari yang lalu di Bulan Mei 2016, Surabaya digemparkan dengan kasus pencabulan siswi SMP oleh delapan orang bocah laki-laki. Para tersangka berumur 12 hingga 14 tahun yang masing-masing masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Pelaku dan korban pencabulan sama-sama anak dibawah umur. Salah satu TKP aksi memprihatinkan ini ada di stasiun kereta api di Jalan Ngagel, Kecamatan Pucang Sewu tepatnya didekat rel kereta api. Empat tahun telah berlalu sejak kejadian naas tersebut, tetapi belum ada tindak lanjut untuk mengamankan tempat yang rawan sebagai lokasi kejahatan.

Link Berita terkait

https://nasional.tempo.co/read/770486/kisah-mirip-yy-di-surabaya-delapan-pelajar-cabuli-siswi-smp

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Reni Astuti meninjau langsung bangunan yang awalnya digunakan untuk shelter kereta komuter tetapi belum berfungsi. Ada tangga menuju ke bawah, tampak tempat tersebunyi yang gelap apalagi di malam hari. Kader lingkungan dan Kenny, Lurah Pucang Sewu menyampaikan jika tempat itu hingga kini masih rawan digunakan tindakan asusila hingga anak usia SMP hamil.

Perempuan lulusan statistika ITS tersebut berharap agar lokasi rawan tindakan asusila tersebut diamankan. “Semoga ini menjadi perhatian PT KAI DAOP 8 Surabaya yang punya kewenangan atas bangunan ini. Tempat seperti lorong sebaiknya dipagari saja. Apalagi disebelah bawah air mengalir, bahaya jika ada anak yang jatuh di tempat itu.” tuturnya.

Kenny selaku Lurah Pucang Sewu menambahkan “pihak kelurahan sudah pernah menyampaikan ke PT KAI tetapi belum ada tindaklanjut.”

Untuk menjaga dan melindungi keselamatan warga Surabaya terutama perempuan dan anak, maka merupakan kewajiban pemerintah untuk memastikan bahwa setiap lokasi aman dan ramah bagi perempuan dan anak. Kemudian tidak berpotensi digunakan untuk kejahatan dan kesusilaan.