SURABAYA : Masalah banjir masih menjadi perbincangan hangat di Gedung DPRD Surabaya. Penyebabnya, kurang maksimalnya penanganan Pemkot Surabaya masih terus dikeluhkan oleh masyarakat.

Keluhan masyarakat itu, direspon oleh anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya, Reni Astuti. Ia menilai, pembangunan gorong-gorong di Surabaya pengerjaannya terlihat asal-asalan.

“Pembangunan ‘box culvert’ (gorong-gorong) di sejumlah tempat di Surabaya kurang optimal dan pengerjaannya cenderung asal-asalan,” ucap anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS).

Ia mencontohkan molornya pembangunan “box culvert” Banyu Urip tahap II berdampak luas terhadap tidak lancarnya saluan air di daerah tersebut. Akibatnya, curah hujan tinggi di daerah tersebut justru mengakibatkan banjir.

Secara kelembagaan, Reni meminta Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya menjatuhkan sanksi kepada kontraktor (PT Galatama) yang memenangkan lelang proyek dengan nilai Rp60 miliar karena molornya pembangunan gorong-gorong.

Ia sendiri memberikan penjabaran jangan sampai pekerjaan “box culvert” diberikan sikap yang sama seperti pembangunan “Surabaya Sport Centre” (SSC) di Surabaya Barat. Sebelum diresmikan pertengahan tahun lalu, pemkot memberikan addendum kontrak kerja dengan perpanjangan masa kerja sekitar enam bulan.

“Kalau molor, ya, denda saja sesuai dengan perjanjian yang sudah ditandatangani,” tutur Bendahara DPD PKS Surabaya yang juga konsultan dan pemandu PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Yayasan Harapan Muslimah serta menjadi Direktur Pusat Pendidikan dan Pembinaan Anak “Al-Uswah Center” itu.

Selain tidak profesional, ibu empat anak kelahiran Bandung pada 29 Desember 1972, tapi menyelesaikan S1 Statistika di ITS Surabaya itu menilai pengerjaan proyek oleh kontraktor terkesan asal dan meninggalkan sisi estetika kota, serta menimbulkan dampak sosial.

“Dalam mengerjakan proyek, seringkali kontraktor membiarkan tanah bekas galian dibiarkan di pinggir jalan dan mengakibatkan kemacetan,” ungkap Reni Astuti yang dibesarkan di Pasuruan dan pernah menjadi Staf Pengajar Matematika dan Sarjana Fasilitator Masyarakat Pedesaan itu. (as/ANT)

Sumber: http://www.radjawarta.com/masalah-banjir-menjadi-perhatian-reni-astuti