Tingkat pertisipasi pemilih di Surabaya dalam Pilwali yang bakal digelar 9 Desember 2020 mendatang, diprediksi bakal jeblok. Hal ini lantaran sosialisasi Pilkada Serentak yang dilakukan KPU Surabaya tidak maksimal. Padahal anggaran untuk pelaksanaan pilkada Surabaya lebih dari Rp 100 miliar.
Terbaru, KPU baru saja melelang kegiatan sosialisasi untuk iklan kampanye selama 14 hari dengan nilai Rp 2,7 miliar rupiah. Hal itu dinilai tidak efektif mendongkrak minat masyarakat memberikan hak suaranya pada 9 Desember mendatang.
Hal ini lantaran iklan kampanye paslon Pilkada Surabaya tidak menjangkau semua media massa baik cetak, televisi maupun elektronik.
Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti mengatakan, semestinya sosialisasi kampanye Pilkada dimassa pandemi Covid-19 dilakukan pihak penyelengara (KPU) secara gencar dan melibatkan semua media, alat, dan perlengkapan kampanye.
“Tujuanya, agar bisa mendongkrak tingkat partisipasi pemilih secara masif. Pilkada Serentak yang hanya berselang 14 hari lagi ini menunjukan data tingkat partisipasi yang rendah,” ucap Reni Astuti, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (25/11/2020).
Hal ini sesuai dengan prediksi dari KPU Pusat yang menyebut tingkat partisipasi masyarakat di Jawa Timur tergolong sangat rendah. “ Ini prediksi ya. Dari 19 Kabupaten/ Kota di Jawa Timur tingkat partisipasi pemilih berada di angka 67 persen “ ujarnya.
Atas kondisi tersebut politisi PKS ini mempertanyakan peran KPU dalam mensosialisasikan pelaksanaan pilkada kepada masyarakat.
“Karakter masyarakat itu bermacam-macam ada yang aktif ingin tahu dan mencari tahu, ada juga yang tidak mencari tahu,“ paparnya.
Oleh karena itu, lajut Reni harus ditegaskan bagaimana sosialisasi oleh KPU tentang pelaksanaan pilkada mendatang. Reni pun menilai bahwa untuk saat ini sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Surabaya masih kurang.
“Harus ditingkatkan dan KPU tidak bisa sendirian harus melibatkan peran media,” pungkasnya.
Sumber :
Berita serupa :
Komentar Terbaru