DPRD Kota Surabaya Sidak Stok Bantuan Bagi Warga Terdampak Pandemi
“Semua bantuan harus direalisasikan dengan tepat dan bertahap. Sehingga seluruh warga penerima bisa merasakan manfaat. Agar terdeteksi menyeluruh, semua harus proaktif, termasuk kelurahan. RT atau RW bisa melaporkan warga yang belum terima bantuan”
Reni Astuti
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya
Genap empat bulan sejak kasus pertama covid-19 di Indonesia diumumkan, pandemi masih belum ada penurunan. Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti merespons hal itu dengan turun langsung memastikan penyaluran bantuan kepada masyarakat. bantuan pemerintah jadi salah satu harapan bagi masyarakat untuk melewati masa sulit selama pandemi. Demi memastikan Kota bantuan tersalurkan dengan baik, DPRD Kota Surabaya melakukan inspeksi mendadak. begitu sampai di pintu masuk Convention Hall Kantor Dinas Sosial Kota Surabaya, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti disambut Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Rusdiana. Kedatangan Reni pada Rabu (5/8) tersebut untuk meninjau ketersediaan sembako bagi warga terdampak covid di Surabaya.
Convention hall itu dijadikan tempat untuk menampung bantuan sembako. Terdapat berbagai jenis sembako yang bakal disalurkan. mulai beras, gula, mi instan, kecap hingga minyak. bahan-bahan itu telah dikemas dan dikelompokkan berdasar tanggal masuk. di satu sisi terdapay alat-alat untuk packing seperti mesin jahit dan plastik. alat itu disediakan untuk memastikan bantuan tak rusak dan bisa disalurkan dengan aman.
Bukan kali pertama, Reni juga sempat berkunjung ke kantor dinsos pada awal pandemi lalu. Bagi politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, kontrol terhadap bantuan harus kontinu. “ini berkaitan dengan kebutuhan warga di Surabaya. Kita harus memastikan bahwa stok sembako selalu ada. Jangan sampai kosong. Sebab, warga masih memerlukan bantuan ini untu menunjang kebutuhan di tengah pandemi.” ungkapnya.
terhitung empat bulan sejak kasus pertama diumumkan, pandemi covid-19 di Indonesia masih belum menunjukkan penurunan. Reni menuturkan DP5A sibuk mengurus bantuan yang tiap hari datang di masa awal pandemi. Sekarang, beras sembako tersisa 25 ton di convention hall itu. Jumlah tersebut jauh jika dibandingkan dengan kali pertama dia datang. Padahal warga masih terus membutuhkan bantuan.
Dia tak inginlembaga atau pihak yang terdbiasa menyumbangkan sembako menganggap bahwa warga sudah tak membutuhkan bantuan. Reni berharap, berbagai pihak turut membantu mengamankan stok sembako tersebut. Reni juga menyarankan agar DP5A terus memperhatikan perawatan sembako agar kualitasnya terjaga.
“Mungkin, pintunya bisa selalu dibuka ya agar sirkulasi udara di convention hall bagus, supaya sembakonya juga tetap bagus,” ujar Reni.
Rusdiana menuturkan, sebagai pihak yang bertugas mengemas dan mendistribusikan, DP5A terus berusaha menjaga stok sembako agar aman. Pihaknya mencatat tanggal expired tiap jenis barang. “Yang paling dekat, itu yang kami kirim terlebih dulu. Diantara jenis bantuan, mi instan yang paling cepat expired. Tapi, kami memastikan sudah dikirim sebelum tanggalnya,” ujarnya.
Sumber bantuan tersebut didapatkan dari pemerintah dan pihak-pihak lain. Mulai dari yayasan, LSM, hingga perusahaan swasta. Timnya lantas mengemas setelah barang datang. Rusdiana menyatakan bahwa stok sembako memang telah menurun. Hal itu disebabkan penyaluran terus dilakukan. “Sekarang tersisa 5 persen dari jumlah keseluruhan 600 ton beras,” ungkapnya.
Buka Database MBR, RT Bisa Cek
Sebelum ke Convention Hall, Reni sempat bertandang ke RW 9, Kelurahan Perak Utara. DIsana, dia menanyai warga tentang bantuan sembako yang mereka dapat. Terdapat setidaknya 400 keluraga yang terdaftar sebagai Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sebanyak 300 warga diantaranya mendapat bantuan sosial tunai (BST) dan sisanya terdaftar sebagai penerima bantuan sosial dari Pemkot Surabaya.
“Saya sempat membagikan sembako kepada warga dari dana pribadi . Meskipun tak terlalu banyak, semoga bisa meringankan mereka,” ujar Reni
Pasalnya, masih ada warga yang belum mendapat bantuan. Padahalm mereka juga kurang mampu dan membutuhkan bantuan. Bagi Reni, hal itu sebagai penanda bahwa pencatatan penerima bantuan dari pemkot kurang efektif.
Salah satu saran dari Reni adalah membuka database MBR online dan warga terdampak. Jadi, warga bisa mengecek dengan mudah warganya yang belum tersentuh bantuan.
Bantuan yang nilainya tidak merata juga menjadi keluhan warga. Apalagi jika kondisi sama-sama kurang mampu, namun yang diterima berbeda. Ada yang dapat BST Rp 600 ribu tiga kali, ada juga yang memperoleh sembako sekali. Semestinya bantuan yang diterima warga nilainya sama.
Sumber :
Berita serupa dapat diakses di :
Komentar Terbaru