Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, S.Si memberi sambutan sebelum lomba dimulai

Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, S.Si memberi sambutan sebelum lomba dimulai

SURABAYA – Bumantik (Ibu Pemantau Jentik) tidak cuma cantik. Bagian kader kesehatan itu harus bisa pula tampil enerjik.

Ini yang terlihat pada pelaksanaan Lomba Gerak dan Lagu Mars 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J) se Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Wonokromo, di Jalan Pulo Tegalsari II, Sabtu (10/2/2018). Meski skala kelurahan, lomba ini menjadi ajang beradu gengsi bagi masing-masing tim dari 8 RW yang menjadi peserta.

Pasalnya, Kader Kesehatan di Kelurahan Wonokromo yang didalamnya ada Bumantik atau Juru Pemantau Jentik (Jumantik) adalah yang terbaik se wilayah kota berdasar penilaian Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya.

 

20180210_084800

Ketua Panitia lomba, Iin Rohim, menyampaikan terima kasih kepada anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, yang selama ini terus mendukung Kader Kesehatan di Kelurahan Wonokromo. Ucapan terima kasih juga disampaikan panitia kepada Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Wonokromo, Fauzi.

“Super sekali untuk ibu-ibu Bumantik yang menjadi peserta hingga terlaksananya lomba yang sempat tertunda 3 kali karena sibuknya ibu-ibu yang tak pernah leren (istirahat, red),” sebut Iin Rohim.

Istri dari ketua RW VII, Kelurahan Wonokromo, Rohim, ini menegaskan bahwa Bumantik merupakan tangan dan kaki kegiatan lomba. “Lomba kita laksanakan bersama, semua panitia. Meski panitia kenal peserta namun penilaian seadil mungkin. Ini untuk sosialisasi 1R1J. Tiap rumah harus ada 1 Jumantik,” pesan Iin.

Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, Lomba Gerak dan Lagu 1R1J yang digelar tingkat kelurahan baru pertama kali yang dia ketahui. “Harapannya ini bisa ditiru, bisa menginspirasi kelurahan-kelurahan lain. Tadi saya sempat foto, share ke Kadinkes dan responnya luar biasa,” papar Reni.

Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F PKS) DPRD Surabaya ini berpesan ke warga bahwa Surabaya dicanangkan sebagai kota sehat karena masyarakatnya memiliki derajat kesehatan yang tinggi. “Program ini tidak akan berhasil tanpa dukungan RT, RW, Jumantik, dan semua warga,” imbuh Reni.

Demam berdarah (DB), kata Reni, masih ada di Surabaya dan harus terus diwaspadai. Kendati Kota Pahlawan ini tidak masuk daerah Kondisi Luar Biasa (KLB) DB. “Alhamdulillah tidak ada KLB DB, namun lomba yel-yel, gerak dan lagu ini akan menguatkan Jumantik dan memunculkan kader baru,” pesannya.

Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini juga mengapresiasi tingkat layanan Puskesmas Wonokromo yang mendapat penilaian 85 dari Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Jawa Timur atas mutu layanannya. Nilai itu tidak luput dari peran Kader Kesehatan yang ada.

20180210_103758

Sementara itu, pada Lomba Gerak dan Lagu Mars 1R1J menetapkan juara, yakni RW IV juara 1, RW V juara 2, dan RW III juara 3. Juri dari unsur Kader Pemberdayaan Masyarakat, Bagian Pemerintahan dan Otoda Pemkot Surabaya, serta Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Surabaya.

20180210_111944

“Ada banyak indikator penilaian, yakni teknik suara, harmonisasi suara, penjiwaan, kompak, dan penampilan yang didalamnya ada kostum,” terang Satrija Wibowo, juri dari Bagian Pemerintahan dan Otoda Pemkot Surabaya.

20180210_085112

Hasil lomba dijunjung tinggi semua peserta. Minimal sudah berusaha dan bisa menggelorakan sosialisasi 1R1J yang dicanangkan Kementerian Kesehatan.

20180210_111833

“Kader Kesehatan unsurnya banyak. Ada kader bumantik atau jumantik, kader lansia, kader posyandu, kader paliatif, kader bindu yang menangani penyakit tak menular, dan kader kesehatan jiwa atau Karsewa. Semua senang mengikuti dan menyaksikan lomba,” kata Tri Novita Wulandari, tim kreatif RW IV.

Lain halnya dengan penuturan Upik Atta, yang akrab disapa Atta dari RW II. Dia dan tim mengaku latihan sejak sebulan sebelum lomba. “Latihannya seminggu sekali,” tuturnya.

20180210_104805

Siti Nurul Chomari dari RW I mengaku timnya persiapan penuh dalam latihan. Termasuk membuat kostum dari tas kresek yang dipercantik dengan bros berbahan kain plannel bekas. Mahkota serta hiasan lain dari tas kresek melengkapi penampilan tim. “Kostum kami mengedepankan unsur 3 M, yaitu menguras, mengubur, menutup,” Kamsini, tim RW I melengkapi. (rel-1)