SURABAYA – Momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap 2 Mei dimanfaatkan anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, S.Si, untuk sosialisasi program “Ayo… Sekolah Bagi Anak Putus Sekolah” yang diinisiasinya. Dengan dibantu pengurus kampung, Karang Taruna kelurahan, Komunitas WANI Mbangun Kampung, serta warga, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu masuk dan keluar kampung mencari anak putus sekolah yang usianya kurang dari 18 tahun.

Setelah anak didapatkan kemudian didata yang selanjutnya didorong untuk kembali mengenyam pendidikan. Bisa melanjutkan menuntut ilmu  di lembaga pendidikan formal atau pendidikan non formal.

Yang formal seperti halnya SD, SMP, SMA dan sederajat. Non formal di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) melalui Kejar Paket A, B atau C.

“Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pendidikan itu penting supaya kita jadi orang yang bermanfaat.  Sekarang anak-anak mesti punya semangat belajar…. kalian tidak sendirian, yang penting bagaimana kalian  punya semangat belajar.  “Kalian masih muda. Kalau tidak ada aktivitas belajar dikhawatirkan terpengaruh lingkungan yang buruk.  Pekan lalu, saya njenguk anak usia 18 tahun tidak sadar dan di IGD Rumah Sakit dr. Soewandhie karena minuman keras.  Harus cuci darah karena banyak zat-zat merugikan masuk ke pembuluh darah.”  pesan Reni kepada anak putus sekolah di wilayah Kelurahan Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo saat dikumpulkan di Balai RW II, Selasa (1/5/2018).  Sebelumnya di hari Minggu anak-anak ini juga diajak sarapan bareng sambil dimotivasi Reni di taman samping jembatan Ujung Galuh, Wonokromo.

Menurut Reni ada 14 anak putus sekolah di wilayah Kelurahan Ngagel Rejo yang terdeteksi dan selanjutnya diadvokasi untuk bisa kembali bersekolah. Baik secara formal maupun non formal.

“Saat ini hampir semuanya anak-anak itu tidak ada aktifitas belajar, sehari-harinya bermain dan ada juga yang membantu orangtua.”

“Untuk yang SD ini putus kelas 3, saya akan mendatangi rumah dan menemui orang tuanya. Ini segera karena tahun ajaran baru akan dimulai Juli,” imbuh Reni.

Upaya yang sama juga akan dilakukan terhadap dua anak lulusan salah satu SMP swasta di Surabaya yang sejak setahun lalu menganggur, tidak meneruskan ke jenjang lebih tinggi karena faktor biaya. Ada yang kerja di counter handphone, membantu orang tua maupun kerja serabutan.

Karena keduanya memiliki semangat meneruskan belajar ke SMK, Reni pun menyikapinya. Selain itu ada dua anak lain yang tidak lulus SD dan SMP. Dari mereka ada yang bekerja memasang dan bongkar terop. Di hadapan Reni, keduanya ingin bisa kembali sekolah, mendapatkan ijazah dan bisa bekerja.

“Untuk yang dua ini akan kami dorong ke PKBM. Ijazah PKBM juga diakui pemerintah, bisa dipakai untuk melamar kerja,” ulas Reni yang juga wakil ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Surabaya.

Pada kesempatan tersebut, Reni juga menghadirkan Ft, yang sempat tidak bersekolah selama setahun di salah satu SMK di Surabaya Selatan. Faktor biaya menjadi alasannya.

“Saya sempat kelas XI dan tidak meneruskan. Sekarang akan meneruskan sekolah kembali di PKBM, sejak bu Reni datang ke kampung saya beri nasehat agar kami semangat belajar, saat ini proses sekolah di PKBM Jambangan, Juli sudah bisa mulai belajar” Ft menyampaikan testimoni yang menjadi penyemangat tersendiri bagi para anak putus sekolah yang hadir di Balai RW.

Ketua RW II Ngagel Rejo, Nur Agus mengapresiasi upaya anggota Karang Taruna di wilayahnya dalam mendata anak putus sekolah, kemudian koordinasi dengan Reni dan memberikan pendampingan untuk bisa kembali menempuh pendidikan.

*Wujudkan Surabaya Zero Anak Putus Sekolah*

“Kondisi anak putus sekolah yang saya sampaikan ini baru di satu kelurahan, dikelurahan wonokromo dan kelurahan putat jaya juga ada. Dan masih dimungkinkan juga ada di kelurahan lainnya.” Urai Reni.

Komunitas WANI Mbangun Kampung ikut menggali informasi anak berusia kurang dari 18 tahun yang putus sekolah namun memiliki semangat meneruskan jenjang pendidikan. anggota komunitas ini masuk dan keluar perkampungan di Surabaya.

Komunitas WANI Mbangun Kampung ikut menggali informasi anak berusia kurang dari 18 tahun yang putus sekolah namun memiliki semangat meneruskan jenjang pendidikan. anggota komunitas ini masuk dan keluar perkampungan di Surabaya.

Untuk mewujudkan Surabaya Zero Anak Putus Sekolah, Reni meminta kepada Walikota Surabaya agar memastikan Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta perangkat di kelurahan kecamatan agar terus menerus secara berkala memantau anak-anak Surabaya agar terpenuhi hak dasarnya yaitu Pendidikan.

Hal ini penting sebagai bentuk perwujudan misi utama pemkot Surabaya guna mewujudkan sumber daya masyarakat yang berkualitas.  “Seharusnya tidak ada lagi di Surabaya, anak usia sekolah yang tidak bersekolah, mari kita wujudkan bersama” pungkas Reni. (Rel)