20180302_200030

SURABAYA – Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, S.Si, berwisata memori tentang dolanan anak zaman dulu. Ini ketika politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mampir di arena Festival Dolanan Anak yang menjadi bagian pameran batik bertajuk “Hinggil Batik Fest 2018”, di Grand City Convex Surabaya. Pameran digelar sejak Rabu (28/3/2018) hingga Minggu (4/3/2018).

Setelah sempat menghampiri tiap stand pameran batik tulis khas daerah se nusantara, dihari ketiga pameran, Jumat (2/3/2018), Reni menyaksikan permainan tradisional yang dimainkan anggota Karang Taruna Surabaya dan pengunjung. Ada tarik tambang, eggrang batok, tek ko tek, dan lainnya.

Reni sempat didaulat panitia untuk memainkan tek ko tek yang bisa disebut merupakan permainan zaman old. Alat permainan ini berupa bola plastik padat dan keras berdiameter sekitar 10 cm yang masing-masing diikat tali yang bagian ujungnya bertemu pada satu cincin (ring) yang juga plastik. Apabila digerakkan, kedua bola plastik itu akan benturan dan menghasilkan bunyi tek ko tek.

“Dulu kalau bermain ini tidak boleh dekat kaca. Kaca jendela maupun kaca meja,” kata Reni, Jumat (2/3/2018) sekitar pukul 20.00 WIB.

Bagi wakil ketua Fraksi PKS ini, memainkan dan melihat permainan tradisional itu membawanya berwisata memori. Dia teringat ketika kecil pernah memainkannya.  Hampir macam permainan tradisional saat itu dimainkan.  “Main layang-layang sampai sekarang saya masih bisa” kata Reni sambil tersenyum.

“Disamping lengkap menstimulus aspek kognitif, psikomotorik dan afektif,  permainan tradisional itu penuh dengan filosofi. Permainan tradisional mengedepankan sportivitas, semua yang  bermain ikut mengawasi, ada aturan bersama yang disepakati, juga ada musyawarah untuk mufakat. Selain itu dulunya permainan tradisional ada yang menjadi alat komunikasi. Saya pernah membaca tulisan tentang permainan tradisional berupa layang-layang.”

Layang-layang zaman dulu merupakan alat komunikasi. Yang biasa menggunakannya para tilik sandi atau intelejen. Hasil pantauan dilaporkan melalui layang-layang yang diterbangkan. Karena itu, ketika layang-layang memiliki garis vertikal atau horizontal dengan jumlah dan bentuk berbeda itu merupakan sandi. Tidak beda dengan morse.

Untuk pameran batik, Reni mengapresiasi. “Saya sangat mendukung dan apreasi acara pameran batik bertajuk Hinggil Batik Fest 2018,” tukas Reni Astuti.

Reni yang juga penggemar batik menilai pameran batik saat ini sudah menjadi trend, bukan hanya dari dikalangan orang tua saja, tetapi juga dari kalangan anak muda. Sebab, pameran batik kali ini dalam penyelenggaraannya juga melibatkan kepemudaan Karang Taruna Kota Surabaya bisa menjadi daya tarik bagi pengunjung.

“Bagi saya yang menarik di pameran batik kali ini, penyelenggaranya juga melibatkan Karang Taruna Kota surabaya,” paparnya.

Keterlibatan Karang Taruna sebagai organisasi pemuda skala Kota Surabaya ini dinilai Reni bisa menguatkan pasar batik dikalangan anak muda. Dia berharap ada sesuatu yang baru di pameran batik, seperti beberapa kreasi model terbaru batik dengan motif kembang (corak) serasi dengan warnanya.

“Peserta pameran batik cukup variatif dari berbagai wilayah di indonesia yang semakin memperkaya pilihan bagi pengunjung, selain itu untuk mengasah kreatifitas pengerajin batik,” pungkas Reni yang sempat belanja batik. Selembar batik dengan warna dasar hijau tosca dipilihnya. (rel-1)