Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti, mengapresiasi perwujudan program cashless bertajuk KatePay yang mulai diterapkan di kantin sekolah tingkat SD dan SMP.

Saat ini, program KatePay telah berjalan di SMPN 42 Surabaya dan SDN 1 Asemrowo. Reni lantas berharap agar seluruh sekolah SD dan SMP di Surabaya, baik negeri maupun swasta, menyusul penerapan kantin cashless atau non tunai.

Menurutnya, program KatePay sangat positif. Sebab bertujuan untuk mempermudah transaksi para siswa di kantin sekolah hanya dengan menunjukan kartu identitas anak (KIA).

Dengan KatePay ini, para siswa pemegang KIA dapat menggunakannya untuk membeli jajan di kantin sekolah.

“Dengan transaksi non tunai tersebut, orang tua juga bisa memantau atau mengawasi aktivitas jajan para putra-putrinya,” terang Reni, Rabu (15/6).

Reni menuturkan, di era digitalisasi, teknologi semakin berkembang pesat dan memiliki andil penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, pihaknya mendukung penuh untuk memperluas dan mengembangkan inovasi, salah satunya KatePay, program kolaborasi antara Pemkot Surabaya bersama Bank Jatim tersebut.

Kendati demikian, Reni menilai membutuhkan waktu untuk menumbuhkan kebiasaan cashless di kalangan anak-anak. Namun dia optimistis, program KatePay bakal disukai dan diaplikasikan oleh para siswa-siswi.

“Setelah dilakukan evaluasi dan penyempurnaan pilot project, nanti bisa diterapkan di sekolah-sekolah lainnya secara bertahap di SMP hingga SD, baik negeri maupun swasta. Hal ini juga sebagai wujud pemanfaatan KIA,” paparnya.

Legislator PKS ini juga menekankan bahwa dibutuhkan sinergi kuat dinas kesehatan untuk memastikan sekaligus menjamin mutu makanan para pelaku UMKM di kantin sekolah. Para pelaku UMKM di kantin sekolah diharap menyajikan makanan yabg sehat dan bergizi.

Katepay, sambung Reni, juga akan memberikan manfaat pada segi data kependudukan. Sebab akan semakin banyak anak-anak Surabaya di bawah usia 17 tahun yang memiliki KIA. “KIA ini ibaratnya KTP-nya anak-anak gitu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Reni berharap seiring waktu berjalan nantinya KIA bisa menjadi kartu yang multi fungsi. “Makin terdata, makin banyak anak-anak punya KIA, saya kira nanti akan multi fungsi ya, satu kartu akan memberikan banyak manfaat, multi manfaat,” prediksinya.

“Misal ke depan, di samping untuk identitas, bisa juga digunakan anak-anak ketika naik Suroboyo Bus atau mungkin masuk ke museum, KBS, dan sebagainya,” sambung Reni.

Pihaknya berharap pula bahwa para pemegang KIA bisa mendapatkan berbagai kemudahan akses ketika berada di ruang publik agar semakin mendorong anak-anak Surabaya lain untuk memiliki KIA.

Sementara itu, Fardad salah satu siswa SMPN 42 Surabaya mengaku termudahkan dengan fasilitas pembayaran non tunai melalui KatePay.

“Lumayan enak, nggak pake uang kertas, biar nggak nyebar virus, sama biar uangnya nggak ilang,” ucap Fardad.

Sedangkan bagi sebagian siswa lainnya masih merasa perlu pembiasaan dalam bertransaksi cashless. “Lebih enak kalau pakai uang langsung gitu, soalnya ribet kalo pakai KIA,” timpal Kevin.

Di kantin, para pedagang mengatakan bahwa selain menjajakan jualannya, mereka juga bisa melayani keperluan pengisian dana (top up) ketika siswa membutuhkan.

Namun para orang tua juga bisa top up atau mengisi saldo melalui aplikasi KatePay, M-Banking, atau ATM Bank Jatim, serta financial sector dengan limit Rp. 50.000.