Surabaya, memorandum.co.id – Pelaku UMKM di eks lokalisasi Dolly dan Jarak, Surabaya, berteriak menghadapi pandemi covid-19. Pandemi yang berlangsung satu tahun lebih ini membuat UMKM bentukan Wali Kota Tri Rismaharini ini harus berjuang untuk bertahan dari kebangkrutan.

Salah satunya yang terdampak adalah UMKM batik, usaha yang menempati bekas lokalisasi Jarak ini sepi sehingga para pelaku UMKM batik pun tidak ada penghasilan dari usaha yang digelutinya itu.

Mereka berharap Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM batik, dengan segera merealisasikan rencana wali kota terkait pengadaan seragam batik bagi aparatur sipil negara (ASN) Pemkot Surabaya oleh UMKM batik, Kamis (11/3/2020).

Pengelola Sentra Batik Putat, Trees berharap Pemkot Surabaya memesan seragam batik hasil UMKM bentukan Tri Rismaharini ini.

Pihaknya percaya bahwa terobosan wali kota yang mewajibkan seluruh ASN di lingkungan Pemkot Surabaya memakai batik khas produk UMKM ini, bisa menjadi awal kebangkitan dan penyemangat akibat pandemi Covid-19.

“Mungkin bisa ada pesanan seragam batik khas Surabaya dari jajarannya yang dikerjakan UMKM di sini. Batik yang kita buat ini khas Surabaya,” kata Trees.

Lelaki usia 40 tahun ini mengaku sepi orderan. Bahkan sejak pandemi pesanan batik kosong. Pengunjung pun sepi karena kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

“Orderan batik banyak dari tamu yang berkunjung. Kalau tidak ada tamu ya tidak ada orderan yang masuk,” terang Trees.

Nasib serupa juga dialami pemilik UMKM batik, Kusmiati mengungkapkan, bahwa sejak adanya pandemi Covid-19 sepi orderan, terutama untuk UMKM batik.

“Sejak awal pandemi hingga saat ini drastis sudah ndak jalan. Tidak bisa jadi mata pencaharian, karena tidak ada orderan,” ujar Kusmiati, salah satu pemilik UMKM Batik.

Wanita 56 tahun itu terpaksa harus merumahkan 10 karyawannya dan hanya dipekerjakan kembali ketika ada orderan. Demi mengisi kekosongan, Kusmiati mengerjakan batik tulis untuk menjaga ketersediaan stok batik.

“Kalau tidak ada orderan ya mereka hanya diam di rumah, tapi ada yang berjualan makanan. Kalau senggang biasanya saya mengerjakan stok batik tulis saja. Saya biasanya buat batik motif bungga, dan motif yang dekat dengan Surabaya, seperti jembatan merah, sura dan baya, dan tugu pahlawan,” paparnya.

Lanjut Kusmiati, pelaku UMKM di eks lokalisasi ini berharap wali kota yang baru punya program yang bertujuan memperkenalkan produk-produk UMKM ini kepada tamu-tamu dari luar Surabaya.

“Misalnya nanti ada tamu dari luar Surabaya, bisa diajak keliling ke UMKM yang ada. Kami terbuka juga bila tamu tersebut ingin belajar membatik. Paling tidak kalau wali kota yang baru mendukung dan mempromosikan, orang luar Surabaya akan tertarik juga berkunjung ke UMKM kami. Kalau kunjungannya banyak akan sangat membantu pemasukan teman-teman UMKM di sini,” imbuh Kusmiati.

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, bahwa salah satu cara supaya perekonomian terus berputar maka harus dilakukan bersama-sama dengan UMKM di Surabaya. Ia mencontohkan apabila harus menggunakan batik, berarti harus beli batik di UMKM.

“Nanti Insya Allah kalau pemkot ada rapat-rapat, makanan dan kuenya langsung beli dari UMKM. Nanti juga kalau rumah sakit dan puskesmas butuh sprei, jahitnya harus dilakukan oleh UMKM binaan, batik jajaran pemkot juga akan ambil dari UMKM,” jelas Eri usai dilantik di Balai Kota Surabaya, Jumat (26/2/2021).

Sementara itu, Wakil Walikota Surabaya Armuji menyebutkan bahwa sebagian perintah tersebut telah dilaksanakan. Pengadaan konsumsi dalam rapat dan pertemuan jajaran pemkot oleh UMKM kuliner di Surabaya telah dilakukan.

“Yang paling dekat adalah pertemuan saya bersama para influencer dan konten kreator muda Surabaya di rumah dinas kemarin. Semua sajiannya termasuk snack kita ambilkan dari UMKM kita,” ungkap Armuji.

Mengetahui hal itu, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti mendukung upaya pemkot dalam memulihkan perekonomian masyarakat dan UMKM melalui belanja pemerintah.

“Saya senang mengetahuinya, tentu saya dukung. Saat ini daya beli masyarakat sedang menurun, sehingga perlu campur tangan pemerintah untuk mengangkat perekonomian. Salah satunya dengan menggunakan belanja pemerintah untuk UMKM,” pungkas Reni.

Sumber:

https://memorandum.co.id/sepi-pembeli-umkm-batik-eks-dolly-dan-jarak-harap-pengadaan-batik-asn-berjalan/